Dewasa ini, kita memandang maraknya kenakalan remaja di kalangan pelajar, dan di sinilah peran sekolah menjadi konsentrasi perhatian. Ada sekolah nan serius menangani perihal ini, namun sayangnya, ada juga nan kelihatan tidak serius. Padahal, sekolah mempunyai peran utama sebagai eksekutor pendidikan karakteristik. Salah satu bentuknya ialah “pengendalian” siswa untuk mencegah perilaku seenaknya. Kenapa kenakalan remaja tetap terjadi? Salah satu argumen mungkin lantaran penanganan nan tidak serius dari pihak sekolah, sehingga muncul pemikiran di kalangan siswa bahwa mereka tidak bakal diatur. Ketidaktegasan sekolah dalam mengatasi perihal ini juga menjadi aspek lain nan memungkinkan siswa untuk melakukan kenakalan. Maka, apakah mungkin sekolah bakal peduli terhadap masalah ini?
Wujud kenakalan remaja melibatkan tawuran, bullying, kekerasan (wujud alias mental), hingga perilaku melawan pelatih. Ini dapat terjadi lantaran aspek internal murid, seperti gejolak pubertas, dan aspek eksternal, seperti lingkungan nan dipenuhi kenakalan. Terlepas dari alasannya, penanganan kenakalan remaja kudu dilakukan secara serius. Gimana sekolah dapat memitigasi kasus bullying dengan serius? Sayangnya, kasus nan ditangani dengan sungguh-sungguh oleh sekolah tidak selalu lebih banyak dibandingkan nan tidak. Banyak sekolah nan menawarkan solusi tanpa menyelesaikan masalah pokok. Pandangan bahwa kasus bullying cuma bercandaan alias argumen bahwa korban baik-baik saja memberitahu bahwa banyak sekolah tidak serius menangani kenakalan remaja. Masalah semakin kompleks dengan kasus murid mengandung di luar nikah, keluarnya murid dari kelas, dan tawuran nan seolah menjadi tradisi. Apakah sekolah bakal mengubah sikapnya terhadap kenakalan remaja?
Usaha menghadapi kenakalan remaja dari sekolah semestinya terdiri dari dua faktor: pencegahan dan penanganan. Kedua faktor ini semestinya menjadi kesinambungan untuk meminimalkan akibat terjadinya kenakalan remaja di masa depan dan menangani kasus kenakalan nan mungkin terjadi. Namun, tampaknya kedua faktor ini belum optimal dilakukan oleh banyak sekolah. Jikalau sekolah betul-betul peduli, mereka kudu dapat membikin peraturan nan tegas terkait kenakalan remaja, dan nan lebih krusial, menjalankannya. Inilah kenapa penanganan kenakalan remaja seringkali susah di kalangan siswa. Sekolah terkadang tidak mau bersusah payah dan apalagi menganggap kenakalan itu sebagai sesuatu nan normal, terutama jikalau penanganannya tidak optimal. Dampaknya? Tidak ada pengaruh kapok, dan siswa terus bebas melakukan kenakalan. Kuncinya ialah menangani dengan tegas, biarpun tegas bukan bermakna keras. Kesalahpahaman tentang definisi tegas dapat berdampak trauma bagi siswa dan memperburuk keadaan. Oleh lantaran itu, pihak sekolah kudu mempunyai kepekaan nan tinggi untuk menyadari ketidaknormalan dan memberikan solusi tanpa menimbulkan masalah baru.
Kesadaran dari pihak sekolah juga kudu selalu diperhatikan, lantaran penelantaran memberitahu setuju terhadap kemunduran karakteristik siswa dan menandakan bahwa sekolah tersebut tidak siap menjadi institusi pendidikan. Dengan memahami peran sekolah dalam mengatasi kenakalan remaja, diharapkan dapat diciptakan lingkungan berguru nan kondusif, mendidik, dan membangun karakteristik nan baik bagi para pelajar.
Pewarta : Darma (Mahasiswa UGM)
Comment