Kasus suap-menyuap dan gratifikasi di lingkungan sekolah tetap menjadi masalah nan mengkhawatirkan. Orang tua, demi harga alias bangku di sekolah harapan, kadang rela mengeluarkan duit dalam kuantitas besar. Aksi semacam ini merusak integritas akademik dan memberitahu bahwa mereka nan menerima suap sebenarnya tidak pantas mendapatkannya. Masalah ini tampaknya tetap menjadi realita di sekolah, dan perihal ini bukanlah perihal nan baik. Praktik ini menciptakan adat korupsi nan semestinya tidak ada di lingkungan pendidikan.
Adanya kasus suap-menyuap di sekolah memberitahu bahwa peraturan nan ada saat ini belum cukup tegas untuk mencegah dan menindak pelanggaran semacam ini. Untuk mengatasi persoalan ini, peraturan kudu diperkuat dan dipatuhi oleh semua pihak mengenai di lingkungan sekolah. Semua orang, mulai dari pelatih, siswa, direktur sekolah, komite sekolah, hingga staf tata bisnis, kudu memahami peraturan nan beraksi dan mengikuti mereka. Namun, tampaknya banyak nan menganggap sepele dan tidak mematuhi peraturan ini. Untuk mereka, menerima suap dan membiarkan kecurangan terjadi mungkin lebih krusial ketimbang menjaga integritas. Hawanafsu kekayaan mampu membikin orang kehilangan benak sehat dan integritas mereka. Perlu disadari bahwa aksi ini berakibat jelek pada pendidikan, lantaran murid nan mendapat harga alias bangku berlandaskan suap bakal mempunyai alas nan jelek, nan kemudian berakibat pada keahlian mereka di masa depan.
Akar masalah ini ialah usaha memasuki lingkungan nan semestinya tidak mereka masuki. Orang tua nan menyuap pelatih untuk menaikkan harga anaknya harusnya lebih bijaksana. Ketimbang memanipulasi harga, kenapa tidak mengalokasikan duit tersebut untuk memberikan les alias pengarahan kepada anak mereka? Ini bakal membantu anak mereka berguru dan menaikkan keahlian mereka. Pelatih nan menerima suap juga kudu menyadari bahwa aksi mereka memengaruhi karakteristik dan moral murid. Menerima suap dan mendorong kecurangan bermakna pelatih sedang mengajarkan sesuatu nan jelek pada generasi muda. Mereka kudu beraksi sebagai contoh nan baik dan menerapkan nilai-nilai integritas nan mereka ajarkan.
Perlu ada peraturan nan lebih ketat dalam mengatasi masalah suap-menyuap di sekolah. Tidak boleh ada toleransi bagi nan melanggar peraturan ini, dan balasan nan tegas kudu diterapkan. Semua pihak di lingkungan sekolah, termasuk pelatih, kudu memahami pentingnya menjaga integritas dan kejujuran dalam pendidikan. Kita kudu menghasilkan generasi nan bermutu dan berintegritas, bukan melalui proses nan tidak baik. Perbaikan peraturan, pemahaman, dan penegakan syariat ialah ancang-ancang dini untuk mencapai tujuan ini.
Comment