Dalam proses berguru, setiap anak mempunyai hasil nan berselisih. Ada nan mendapatkan harga seratus, ada nan meraih ranking satu, dan ada juga nan mungkin cuma mendapat predikat B-. Krusial untuk diingat bahwa, apa pun hasil nan mereka capai, kita sebagai orang dewasa semestinya memberikan support dan apresiasi. Apresiasi ini mempunyai kekuatan besar dalam membangkitkan semangat dan memulihkan rasa yakin diri anak-anak. Pemberian apresiasi nan paling bernilai seringkali hadir dari orang-orang terdekat mereka, seperti orang tua, kerabat, alias teman-teman. Apakah kita sudah memberikan apresiasi kepada anak-anak sebagai wujud support? Alias, tanpa sadar, kita malah menjadi penyebab penurunan semangat mereka dengan kritik dan ejekan?
Sayangnya, memberikan apresiasi kepada anak tetap menjadi perihal nan susah bagi beberapa orang tua. Mereka condong menganggap bahwa pencapaian anak-anak sudah cukup sebagai bukti prestasi mereka. Tapi apakah kita betul-betul memahami perjuangan mereka? Mungkin harga seratus di atas kertas ialah hasil dari kerja keras anak nan telah merelakan waktu bermain dengan teman-teman demi berguru. Alias gimana dengan juara pertama dalam kejuaraan alias olimpiade? Mungkin mereka kudu melewati jalan nan susah, penuh perjuangan, dan pengorbanan besar. Namun, pertanyaannya ialah, apa nan mereka dapatkan setelah semua kesulitan itu? Apakah mereka mendapat penghargaan dan pujian nan pantas? Sebagian besar dari mereka cuma menginginkan kata-kata sederhana seperti “Kami bangga padamu!” alias “Anda luar biasa!” nan berkecukupan memberikan pengaruh luar biasa pada semangat mereka.
Sebaliknya, jikalau perilaku brengsek alias kemalasan anak disebabkan oleh kurangnya apresiasi, mereka mungkin merasa tidak perlu berikhtiar keras alias berprestasi. Mereka mungkin berpikir, “Apa gunanya berguru dan mendapatkan harga tinggi jikalau orang tua aku tidak pernah peduli?” Dalam situasi ini, anak-anak dapat tergoda untuk terlibat dalam perilaku negatif. Mereka mungkin mendapatkan apresiasi dari kawan sebaya nan berperilaku brengsek, dan ini mampu menjadi argumen mereka terjerumus ke dalam hal-hal nan jelek. Orang tua kudu menyadari bahwa memberikan apresiasi pada saat nan tepat sangat krusial untuk memotivasi anak-anak mereka.
Lebih jelek lagi, ada kasus ketika orang tua memberikan apresiasi pada anak mereka setelah berbuat kesalahan alias perilaku nan jelek. Ini ialah aksi nan sangat memprihatinkan lantaran melupakan peran orang tua sebagai pendidik anak-anak mereka. Memuji anak setelah berbuat aksi nan salah cuma bakal merusak masa depan mereka. Perihal ini mampu memicu perilaku jelek nan lebih serius. Orang tua kudu sadar bakal peran mereka dalam membentuk karakteristik anak-anak mereka dan memberikan apresiasi cuma untuk prestasi nan positif.
Intinya ialah apresiasi diperlukan dalam semua kondisi nan tepat. Penghargaan kudu diberikan kepada anak-anak, terutama ketika mereka mencapai pencapaian positif seperti prestasi akademik alias prestasi dalam kejuaraan. Mungkin tetap ada nan merasa ragu untuk memberikan kata-kata apresiasi kepada anak-anak, tetapi sebenarnya, itu ialah aksi nan sederhana nan mempunyai akibat besar dalam membangkitkan semangat mereka. Semua anak berwenang merasakan penghargaan nan mereka butuhkan.
Comment