Kesehatan

Darahtinggi tidak terkontrol mampu picu munculnya aneurisma

19
×

Darahtinggi tidak terkontrol mampu picu munculnya aneurisma

Share this article
Darahtinggi tidak terkontrol mampu picu munculnya aneurisma


Jakarta (INFOMEDIA) – Pakar ahli syaraf lulusan Universitas Sam Ratulangi dr. Jeffry Foraldy Haryanto, Sp.N menjelaskan darahtinggi mampu menjadi salah satu akibat munculnya aneurisma.

Menurut Jeffry, seseorang nan mempunyai darahtinggi dalam waktu nan durasi dan tidak terkontrol mampu memengaruhi tembok pembuluh darah melemah, perihal ini biasanya dialami salah satunya oleh nan sudah berumur lanjut.

“Padahal ia tidak punya aneurisma, tapi lantaran ia sudah darahtinggi durasi tak terkontrol, usianya makin tua kondisi dalam tubuh menurun, tembok pembuluh darahnya sudah mulai lemah. Ketika ia tekanan darahnya tidak terkontrol mampu tuh muncul aneurisma,” kata dr. Jeffry Foraldy Haryanto, Sp.N, dalam wawancara eksklusif berbareng INFOMEDIA di Tangerang, Banten, Kamis (6/2).

Lihat juga: Rupanya marah-marah bukan penyebab seseorang alami darahtinggi

Pakar nan praktik di Rumah Sakit Hermina Bitung itu, mengklarifikasi aneurisma ialah pelemahan dari tembok pembuluh darah. Ketika terjadi kelemahan muncul benjolan-benjolan didinding pembuluh darah. Jikalau pembuluh darah tersebut pecah, salah satunya mampu menyebabkan stroke perdarahan.

“Ketika pembuluh darah itu pecah, pendarahan di direktur nah itu nan kita bilang sebagai peledak waktunya sudah muncul,” ujar ia.

Pakar Jeffry menjelaskan penyakit metabolik, seperti glukosuria, kolesterol, obesitas, juga mampu memicu akibat munculnya aneurisma lantaran mampu memengaruhi tembok pembuluh darah lemah.

Kecuali itu, pakar Jeffry mengklarifikasi penyebab lain munculnya aneurisma ialah adanya kelainan pembentukan. Pada beberapa kasus aneurisma ini mampu muncul pada usia nan muda lantaran terjadi kelainan pembentukan pembuluh darah itu pas tetap mini.

Lihat juga: Pakar profesional jelaskan penyebab pembuluh darah di otak pecah

Lihat juga: Sembilan larangan nan kudu dihindari penderita gula darah tinggi

“Biasanya sifatnya genetik jadi keturunan, misalnya ada histori family apalagi beberapa generasi di atas sebelumnya nan kita tidak tahu punya aneurisma, nah itu talenta genetiknya nan diturunkan,” ucap ia.

Pakar Jeffry mengklarifikasi aneurisma tidak mempunyai indikasi nan khusus jikalau ukurannya tetap mini. Namun, aneurisma biasanya mampu terdeteksi jikalau ukurannya semakin besar.

“Susah sebenarnya kita bilang indikasi khusus dari aneurisma, contoh kita punya aneurisma ukurannya tetap mini tidak bakal ada gejalanya, selain misalnya kelak punya aneurisma tapi seiring jalannya waktu ukurannya semakin besar, ketika di ukuran besar itu rupanya ia ada menyenggol struktur lain di otak misalnya kena ke saraf alias pembuluh darah nah itu mampu menimbulkan indikasi,” ujar ia.

“Kelak indikasi nan muncul tiba-tiba apa, ya itu tadi sakit direktur mendadak, mampu pingsan mendadak, alias ada muncul keluhan neurologis lain, aneurisma itu biasanya pasti nyaris mendadak. Jadi jika kita bilang indikasi khasnya tidak ada,” lanjutnya.

Lebih lanjut, pakar Jeffry menambahkan diagnosis aneurisma dapat dilakukan salah satunya dengan periksa MRI (magnetic resonance imaging) pembuluh darah otak sebagai ancang-ancang mendeteksi lebih dini sebelum pecah.

Lihat juga: Profesional jelaskan ancaman sering konsumsi makanan “all you can eat”

Lihat juga: Rutin kontrol tekanan darah jadi ancang-ancang cegah kena stroke

Lihat juga: Kemenkes: Pengendalian aspek akibat jadi kunci pencegahan stroke

Informasi: Sri Dewi Larasati
Penyunting: Mahmudah
Sumber © INFOMEDIA 2025

Comment