Finlandia, negara Nordik nan populer dengan keelokan alamnya, rupanya pernah mengalami masa susah. Tingkat bunuh diri nan tinggi menjadi sorotan global. Namun, alih-alih menyerah, Finlandia berbuat ancang-ancang berani dengan merevolusi mekanisme pendidikannya.
Tingginya nomor bunuh diri di kalangan pelajar Finlandia pada masa lampau, menjadi sirine bagi pemerintah negara tersebut. Mereka menyadari bahwa mekanisme pendidikan nan terlalu menekankan pada faktor akademik dan kompetensi telah menciptakan tekanan luar biasa pada murid. Krisis ini mendorong Finlandia untuk berbuat pertimbangan menyeluruh terhadap mekanisme pendidikan mereka.
Salah satu ancang-ancang revolusioner nan diambil Finlandia ialah menggeser konsentrasi pendidikan dari sekadar mengejar prestasi akademik, menjadi pengembangan karakteristik murid. Kepintaran emosional, sosial, dan keahlian beradaptasi dianggap sama pentingnya dengan kepintaran ilmuwan. Murid diajarkan nilai-nilai seperti empati, kolaborasi, dan keahlian memecahkan masalah.
Kurikulum di Finlandia dirancang untuk menyenangkan dan relevan dengan hayat murid. Materi pelajaran disampaikan dengan langkah interaktif dan melibatkan murid secara aktif. Murid juga diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi minat dan talenta mereka masing-masing. Perihal ini membikin proses berguru menjadi lebih berarti dan memotivasi.
Kecuali konsentrasi pada pengembangan karakteristik murid, pekerjaan pelatih di Finlandia juga sangat diperhatikan dan sangat dihormati. Proses seleksi pelatih sangat ketat dan mereka diberikan training nan intensif. Pelatih diberikan otonomi untuk mengembangkan metode pembelajaran nan inovatif dan sesuai dengan kebutuhan murid. Perihal ini membikin pelatih merasa dihargai dan mempunyai motivasi nan tinggi untuk memberikan nan terbaik bagi murid.
Bukan sebuah persaingan nan ketat, Finlandia mendorong murid dan pelatih untuk saling bertugas sama. Kerjasama dianggap sebagai kunci keberhasilan dalam menghadapi tantangan global nyata. Finlandia berkomitmen untuk memberikan akses pendidikan nan sama bagi semua murid, tanpa melihat latar belakang sosial ekonomi. Sekolah-sekolah di Finlandia sangat menjunjung keberhasilan inklusif, menjadikan murid kebutuhan spesifik pun dapat berguru berbareng murid lainnya. Dengan lingkungan berguru nan inklusif, telah berjaya mendukung setiap murid untuk mencapai potensi maksimalnya.
Sedangkan, di Indonesia, kita tetap menghadapi beragam tantangan dalam jurusan pendidikan, seperti kesenjangan kualitas pendidikan antara wilayah perkotaan dan pedesaan, rendahnya tingkat literasi dan numerasi, serta kesejahteraan pelatih nan belum terjamin. Keberadaan pelatih seakan belum mendapatkan tempat nan pantas, dimana akomodasi, penghasilan, dan tunjangan belum diperhatikan secara menyeluruh. Ditambah, kurangnya pendampingan nan serius pada pelatih dalam menaikkan dedikasi dan penemuan pembelajaran, menjadikan pelatih selalu saja pusing dengan mekanisme pendidikan.
Keberhasilan Finlandia memberikan banyak pelajaran bernilai bagi Indonesia, bahwa kita perlu lebih konsentrasi pada pengembangan karakteristik murid, mendesain kurikulum nan relevan, menaikkan kualitas pelatih, mendorong kerjasama, dan memastikan kesetaraan akses pendidikan
Transformasi pendidikan di Finlandia membuktikan bahwa dengan komitmen nan kuat dan kebijakan nan tepat, kita dapat menciptakan mekanisme pendidikan nan bermutu dan berkecukupan menghasilkan generasi muda nan cerdik, imajinatif, dan berkepribadian. Sepertinya, Indonesia memang perlu berguru dari keberhasilan Finlandia dan berbuat reformasi pendidikan secara menyeluruh.
Comment