Cakrawala

Memaksa Diri untuk Berbuat Amal

12
×

Memaksa Diri untuk Berbuat Amal

Share this article
Memaksa Diri untuk Berbuat Amal


Saudaraku, tidak semua amal terasa menyenangkan alias gampang dilakukan. Ada kalanya kita kudu memaksakan diri untuk melakukannya, meskipun hati enggan. Namun, inilah jalan nan sebenarnya untuk mendidik batin, mendekatkan kita kepada Allah, dan membawa kesuksesan global dan alambaka, insyaa Allah. Sebagaimana hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ

“Surga itu dikelilingi oleh hal-hal nan dibenci, sedangkan neraka dikelilingi oleh hal-hal nan menyenangkan hawanafsu.” (HR. Muslim no. 2822)

Memaksa diri untuk bersembahyang

Amalan ialah tanggungjawab utama nan kudu dijalankan, meskipun terkadang terasa bobot. Salat, puasa, dan amalan lainnya membutuhkan komitmen tinggi. Amalan memerlukan kesabaran dan keteguhan hati. Ketika kita memaksa diri untuk terus bersembahyang meskipun rasa malas alias capek menghampiri, sesungguhnya kita sedang mendidik batin supaya patuh kepada Allah.

Allah Ta’ala bersabda,

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًا ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَٱلْعَٰقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

“Dan perintahkanlah keluargamu untuk melaksanakan salat dan bersabarlah Anda dalam melaksanakannya. Kami tidak meminta rezeki darimu, Kamilah nan memberi rezeki kepadamu. Dan konsekuensi (nan baik) itu ialah bagi orang nan bertakwa.” (QS. Thaha: 132)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berfirman,

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

“Ibadah nan paling dicintai Allah ialah nan terus-menerus dilakukan meskipun sedikit.”
(HR. Bukhari no. 6464 dan Muslim no. 2818)

Konsistensi dalam amalan, apalagi ketika susah, memberitahu kecintaan kita kepada Allah dan dambaan untuk mendapatkan rida-Nya.

Menundukkan hawa hawanafsu

Hawa hawanafsu ialah cobaan besar nan kudu ditundukkan. Allah menyebut dalam Al-Qur’an bahwa keberhasilan seseorang berjuntai pada kemampuannya mengendalikan hawa hawanafsu,

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفْسَ عَنِ ٱلْهَوَىٰ , فَإِنَّ ٱلْجَنَّةَ هِىَ ٱلْمَأْوَىٰ

“Dan adapun orang-orang nan takut kepada kebesaran Rabb-nya dan menyandera diri dari dambaan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (QS. An-Nazi’at: 40-41)

Memaksa diri untuk meninggalkan sesuatu nan disukai tetapi tidak berfaedah, dan menggantinya dengan amal, ialah wujud jihad melawan diri sendiri (jihadun nafs). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berfirman.

وَالْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي طَاعَةِ اللَّهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ

“Seorang mujahid ialah orang nan berjihad melawan dirinya dalam iman kepada Allah.”
(HR. Ahmad)

Contohnya, memaksa diri untuk bersedekah meskipun merasa bobot lantaran kecintaan pada kekayaan. Dengan melakukannya, kita berguru melepaskan diri dari sifat kikir dan semakin dekat dengan Allah Ta’ala.

Lihat juga: Al Fa’lu Mencakup Semua Nan Membikin Optimis Dalam Amal

Amal nan tidak disukai

Tidak semua amal terasa menyenangkan pada awalnya. Sebagai contoh, menyandera kemarahan alias mengampuni seseorang nan telah melakukan salah kepada kita mampu sangat bobot. Namun, inilah karakteristik orang nan betul-betul beribadah. Allah Ta’ala bersabda,

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ

“(Yakni) orang-orang nan menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang nan menyandera amarahnya dan mengampuni (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang nan melakukan amal.” (QS. Ali Imran: 134)

Memaksakan diri untuk melakukan baik meskipun terasa susah ialah tanda kesabaran dan keikhlasan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berfirman,

مَا يَكُنْ عِنْدِيْ مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ أَدَّخِرَهُ عَنْكُمْ،وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ، وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللهُ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ

“Apa saja amal nan saya punya, saya tidak bakal menyembunyikannya dari kalian. Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya dari aib, maka Allâh bakal menjaganya. Barangsiapa merasa cukup (dengan karunia Allah), maka Allah bakal mencukupinya. Barangsiapa memahirkan diri untuk bersabar, maka Allah bakal menjadikannya tabah. Dan tidaklah seseorang diberi sebuah pemberian nan lebih baik dan lebih luas ketimbang hidayah kesabaran.” (HR. Bukhari no. 6470 dan Muslim no. 1053)

Ketika kita memaksakan diri untuk bersabar alias berbuat amal dalam kondisi susah, kita sedang memahirkan hati untuk tulus dan mengharapkan hukuman cuma dari Allah Ta’ala.

Akibat positif

Memaksa diri berbuat hal-hal positif tidak cuma mendatangkan pahala alambaka, tetapi juga khasiat duniawi. Dalam pengetahuan ilmujiwa, memaksakan diri berbuat perihal baik membentuk kebiasaan positif nan alhasil menjadi otomatis. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengajarkan perihal ini melalui beragam praktik, seperti salat malam dan puasa sunah.

لَيْسَ صَلاَةٌ أثْقَلَ عَلَى المُنَافِقِينَ مِنْ صَلاَةِ الفَجْرِ وَالعِشَاءِ ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْواً

Tidak ada salat nan lebih bobot bagi orang munafik kecuali dari salat Subuh dan salat Isya’. Seandainya mereka tahu keistimewaan nan ada pada kedua salat tersebut, tentu mereka bakal mendatanginya meski sembari merangkak.” (HR. Bukhari no. 657)

Mengatasi rasa malas untuk hal-hal susah tetapi positif bakal membawa keberkahan dan profit besar. Kecuali itu, eksperimen modern memberitahu bahwa kebiasaan baik, seperti bangun pagi alias berolahraga, menaikkan kesehatan mental dan wujud, nan pada alhasil membikin kita lebih produktif dan senang. Sikap disiplin dan ketekunan ini membuka jalan menuju kesuksesan, sedangkan di alambaka, dia membawa kita kepada rida Allah dan surga-Nya.

Memaksakan diri untuk berbuat amal, meskipun terasa susah, ialah tanda iman dan keseriusan seorang hamba dalam mencari rida Allah. Dalam proses ini, kita tidak cuma mendidik diri menjadi pribadi nan lebih baik, tetapi juga mempersiapkan bekal untuk hayat alambaka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berfirman,

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Siapa saja nan menempuh jalan untuk mencari pengetahuan, maka Allah bakal mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim no. 2699)

Begitu pula, peralatan siapa nan memaksa dirinya untuk terus berharta di jalan amal, Allah bakal memudahkan jalannya menuju kebahagiaan global dan alambaka. Ayo kita tanamkan dalam diri bahwa setiap ancang-ancang amal nan kita paksakan ialah ancang-ancang menuju kesuksesan sejati.

Lihat juga: Orang nan Diinginkan Amal oleh Allah

***

Pewarta: Fauzan Hidayat

Tulisan Infomedia



Comment