Cakrawala

Pedoman Rukhshah Saat Safar di Bulan Ramadan (Bag. 1)

9
×

Pedoman Rukhshah Saat Safar di Bulan Ramadan (Bag. 1)

Share this article
Pedoman Rukhshah Saat Safar di Bulan Ramadan (Bag. 1)


Safar di bulan Ramadan

Bulan Ramadan ialah surga bagi orang-orang nan beribadah. Lantaran di bulan inilah segala perbuatan baik dilipatgandakan dengan ganjaran nan jauh lebih besar serta pintu pembebasan dibuka selebar-lebarnya bagi siapa pun nan bertobat dari segala kesalahannya. Siapa nan tidak berangan-angan memasukinya dan keluar darinya dalam keadaan balik suci seperti bayi nan terlahir balik?

Sebagai seorang muslimah nan sangat merindukan momen ini, sudah pasti kita berangan-angan mampu menjalani amalan di bulan suci Ramadan dari dini sampai akhir secara maksimal. Tentunya kondisi nan paling ideal untuk menjalani amalan di bulan ini ialah saat kita dalam keadaan mukim (tidak safar). Namun, ada kalanya impian kita tak berlangsung sebagaimana mestinya. Terkadang di penghujung Ramadan, ingin tidak ingin kita kudu berbuat aktivitas safar, baik dalam urusan family seperti mudik ke kampung laman, maupun urusan profesi, pendidikan, dan lain-lain. Sudah pasti dalam kondisi seperti ini bakal ada beberapa amalan nan susah untuk dilakukan, salah satu contohnya ialah i’tikaf.

Barangsiapa nan pernah menjalani keadaan safar, tentu pernah merasakan pula gimana pahitnya hidup dengan segala kesulitan di perjalanan. Dari mulai sulitnya akomodasi amalan, terganggunya makan, minum, dan tidur, serta kesulitan-kesulitan lain, seperti terbatasnya penggunaan listrik dan susahnya mendapatkan sinyal internet.

Sebagaimana hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

السفر قطعة من العذاب يمنع أحدكم طعامه وشرابه ونومه، فإذا قضى أحدكم نهمته من سفره فليعجل إلى أهله

Safar (berjalan) itu fragmen dari hukuman. Seseorang bakal terhalang (terganggu) makan, minum, dan tidurnya. Maka, andaikan seseorang telah menunaikan maksud safarnya, hendaklah dia menyegerakan diri balik kepada keluarganya.” (Shahih Al-Bukhari no. 1804 dan Shahih Muslim no. 179)

Safar di bulan Ramadan tentunya mempunyai tantangan nan lebih bobot dibandingkan safar di bulan lainnya. Kecuali kudu terus menjaga wujud supaya statis prima selama perjalanan, kita juga berikhtiar untuk statis memaksimalkan amalan di tengah dependensi dan kesulitan nan ada. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah nan telah menyempurnakan hukum keyakinan Islam. Saudariku sekalian, sungguh indahnya keyakinan kita, apalagi dalam kondisi seperti ini saja Islam telah mengaturnya secara rinci dengan memberikan solusi terbaik untuk menghadapi beragam rintangan saat safar. Betapa Islam ialah keyakinan nan gampang, Allah apalagi memudahkan kita dengan adanya hukum berupa keringanan dan kemudahan nan mampu kita pilih sesuai dengan keadaan alias nan sering disebut dengan rukhshah.

Pengertian rukhshah

Rukhshah secara bahasa berarti التسهيل والتيسير ialah kemudahan dan keringanan dalam perkara kebajikan perbuatan maupun keadaan. Adapun secara istilah menurut para ustadz ushul fiqih, rukhshah berarti  ما ثبتَ على خلاف دليل شرعي لمعارِض راجح ialah apa-apa nan berselisih dengan dalil syar’i lantaran adanya penghalang.

Dalam suatu norma fikih disebutkan,

المشقّة تجلب التيسير

“Kesulitan mendatangkan kemudahan.”

Arti norma ini ialah adanya kesulitan bakal memunculkan kemudahan, tidaklah hukum Islam datang selain untuk memudahkan. Andaikan terdapat kesulitan bagi seorang hamba dalam melaksanakan sebuah amalan, maka Allah telah memberikan solusi berupa kemudahan dengan adanya rukhshah nan mampu diambil oleh seorang hamba.

Norma ini merupakan konklusi berlandaskan ayat-ayat Al-Quran berikut,

يريد الله بكم اليسر ولا يريد بكم العسر

“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…” (QS. Al-Baqarah: 185)

يريد الله أن يخفف عنكم و خلق اﻹنسان ضعيفا

“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia diciptakan berkarakter lemah.” (QS. An-Nisa: 28)

وما جعل عليكم في الدين من حرج

“Ia tidak menjadikan untukmu kesulitan dalam keyakinan.” (QS. Al-Hajj: 78)

لا يكلف الله نفسا إلا وسعها

”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286)

فاتقوا الله ما استطعتم

“Maka bertakwalah Anda kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (QS. At-Taghabun: 16)

Dan  juga dalam sabda disebutkan,

يسّروا ولا تعسّروا

“Berilah kemudahan dan jangan mempersulit.” (HR. Bukhari no. 69 dan Muslim no. 1734)

Beberapa rukhshah bagi orang nan safar

Rukhshah tidak cuma dependen bagi orang nan safar saja. Terdapat beberapa keadaan lain nan menyebabkan rukhshah seperti sakit, lupa, dipaksa dan lain sebagainya. Adapun rukhshah bagi orang nan safar mencakup beberapa perihal:

Menjamak salat

Yakni dengan menggabungkan dua salat dan dikerjakan di salah satu waktu, baik di waktu salat pertama alias plural taqdim, maupun di waktu salat kedua alias plural ta’khir). Dalam sebuah sabda disebutkan,

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يجمع بين صلاة الظهر والعصر، إذا كان على ظهر سير ويجمع بين المغرب والعشاء

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjamak salat Zuhur dan Asar ketika safar, ketika beliau berharta di tengah perjalanan, dan juga menjamak antara salat Magrib dan Isya.” (HR. Bukhari no. 1107)

Meng-qashar salat (meringkas salat nan berjumlah 4 rakaat menjadi 2 rakaat)

وﺇذا ضربتم في الأرض فليس عليكم جناح أن تقصروا من الصلوة

Dan andaikan Anda berjalan di dunia, maka tidaklah berdosa Anda mengqashar salat.” (QS. An-Nisa: 101)

Ketetuan jeda safar nan membolehkan qashar salat ialah sejauh 16 farsakh, yakni 4 burd, alias 48 mil, ialah mendekati 80 km.

Meninggalkan salat Jumat dan menggantinya dengan salat Zuhur

ليس على المسافر جمعة

“Tidak wajib salat Jumat bagi orang nan musafir.” (HR. Ad-Daruquthni no. 111)

Bertayamum sebagai alternatif wudu

و ﺇن كنتم مرضى أو على سفرأو جاء أحد منكم من الغائط أو لا مستم النساء فلم تجدوا ماء فتيمّموا صعيدا طيّبا فامسحوا بوجوهكم و أيديكم ﺇنّ الله كان عفوّا غفورا

”Dan jikalau Anda sakit alias sedang dalam musafir alias hadir dari tempat buang air alias Anda telah menyentuh wanita, kemudian Anda tidak mendapati air, maka bertayamumlah Anda dengan tanah nan baik (suci); usaplah muka dan tanganmu. Sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha pemaaf.”  (QS. An-Nisa: 43)

Demikian, semoga berfaedah. Wallahu waliyyut taufiq.

[Bersambung]

Lanjut ke fragmen 2

***

Pewarta: Putri Idhaini

Tulisan Infomedia

 

Bacaan:

Mushaf Al-Quran terjemah online

Mesin pelacak sabda online

Al-Wajiiz fii Fiqhi As-Sunnah wa Al-Kitaab Al-Aziiz, Syaikh Abdul ‘Adzim bin Badawi, Dar Ibn Rajab, 2017.

Al-Fiqhu Al-Muyassar fii Dhaui Al-Kitaab wa As-Sunnah, kompilasi para ustadz, Maktabah Al-Anugerah Ad-Dar Al-Baidha’, 2016

Pedoman Ramadhan Kontemporer, Muhammad Abduh Tuasikal, Penerbit Rumaysho, Yogyakarta, 2018.

Kitaab As-Shalah min Al-fiqhu Al-Muyassar fii Dhaui Al-Kitaab wa As-Sunnah (Terjemah), Beni Sarbeni, Penerbit Yayasan Berguru Islam Bandung, 2023.

https://islamqa.info/ar/answers/202279/شرح-حديث-ان-الله-يحب-ان-توتى-رخصه



Comment