Cakrawala

Tiga Karena Kebahagiaan

7
×

Tiga Karena Kebahagiaan

Share this article
Tiga Karena Kebahagiaan


Global dengan gerlap pernak pernik nan menghiasinya senantiasa menawarkan janji-janji manis kepada manusia nan mendamba senang. Ikrar-janji manis berupa “sensasi kebahagiaan” merupakan komoditas nan selalu laku diserbu mereka nan tergoda. Tergoda oleh pesona halusinasi global nan membikin mereka rela mengorbankan segalanya, mulai dari kekayaan barang hingga keagamaan nan ada di dalam dada.

Begitu banyak orang nan berlomba-lomba untuk mendapatkan apa nan disebut-sebut mampu mendatangkan “senang” dari tawaran makhuk fana berjulukan global. Padahal apa nan selama ini global tawarkan hanyalah kepuasan sementara bukan kebahagiaan nan sesungguhnya. Ibaratkan pecandu, kenikmatan nan ditawarkan global justru membikin semakin dahaga. Ketahuilah bahwa kebahagiaan semu tak bakal pernah mampu mengisi ruang sepi dalam batin.

Karena-sebab kebahagiaan

Mayoritas manusia terjebak dalam kebahagiaan semu lantaran salah jalur dalam memahami apa nan sebenarnya menjadi karena dari kebahagiaan itu sendiri. Tidak sedikit manusia nan berikhtiar mati-matian mengejar kenikmatan demi kenikmatan di global ini, apalagi sampai tak lagi peduli dengan perkara legal dan haram. Kenapa? karena mereka mengira bahwa lokasi kebahagiaan nan menjadi puncak dari segala tujuan hidup ada pada apa-apa nan berharta di luar diri seperti kenikmatan global. Padahal, kebahagiaan tak melulu kudu dikejar, tetapi dia mampu diundang untuk datang dengan sebab-sebab nan kita usahakan.

Allah subhanahu wa ta’ala bersabda,

الذين ءامنوا وعملوا الصلحت طوبى لهم وحسن مئاب

“Orang-orang nan beribadah dan mengerjakan amal, mereka mendapat kebahagiaan dan tempat balik nan baik.” (QS. Ar-Ra’d: 29)

Sebagaimana nan dijelaskan oleh Syaikh Abddurrahman bin Nashir bin Abdullah As-Sa’di dalam kitabnya Al-Wasaail Al-Mufiidah Lilhayaati As-Sa’iidah di antara sebab-sebab kebahagiaan itu ada tiga ialah karena diniyyah (keyakinan), thabi’iyyah (karakteristik), dan ‘amaliyyah (perbuatan/bisnis). Tiga karena nan beliau sebutkan merupakan garis besar alias rangkuman dari beragam karena nan memengaruhi kebahagiaan manusia. Barangsiapa nan mendambakan meraih kebahagiaan sejati, hendaknya dia antusias untuk mengamalkan tiga karena ini. Insyaallah kebahagiaan sejati bakal segera menghampiri dan memenuhi relung hati.

Karena diniyyah (keyakinan)

Karena diniyyah (keyakinan) merupakan karena nan paling agung, paling jelas dan paling mendasar untuk meraih kebahagiaan nan sejati. Karena diniyyah (keyakinan) nan menjadi poros utamanya ialah ketaatan dan kebajikan saleh. Dua perihal ini bakal selalu berangkaian lantaran keagamaan nan betul bakal mendorong pemiliknya untuk selalu berbuat kebajikan saleh.

Allah subhanahu wa ta’ala bersabda,

من عمل صالحا من ذكر أو أنثى وهو مؤمن فلنحيينّه حيوة طيّبة ﺻﻠ ولنجزينّهم أجرهم بأحسن ما كانوا يعملون

“Barangsiapa  nan mengerjakan kebajikan saleh, baik cowok maupun wanita dalam keadaan beribadah, maka sesungguhnya bakal kami berikan kepadanya hayat nan baik dan sesungguhnya bakal kami beri hukuman kepada mereka dengan pahala nan lebih baik dari apa nan telah mereka kerjakan.(QS. An-Nahl: 97)

Kebahagiaan sejati tidak bakal memasuki hati orang-orang nan tidak ingin beribadah kepada Allah,  karena Allah tidak bakal memberi instruksi kepada mereka. Ketahuilah bahwa instruksi Allah cuma diberikan kepada orang-orang nan Allah kehendaki amal kepadanya. Jikalau keagamaan mendorong pemiliknya untuk beramal saleh, maka ketiadaan ketaatan kepada Allah tidak bakal mendorong seseorang kepada sesuatu selain untuk bermaksiat dan tiada hukuman nan setimpal dari perbuatan ini selain hukuman nan perih.

Allah subhanahu wa ta’ala bersabda,

إنّ الذين لا يؤمنون بئايت الله لايهديهم الله ولهم عذاب أليم

“Sesunnguhnya orang nan tidak beribadah kepada ayat-ayat Allah (Al-Quran). Allah tidak bakal memberi instruksi kepada mereka dan mereka bakal mendapat hukuman nan perih.” (QS. An-Nahl: 104)

Lihat juga: Kiat-Kiat Menggapai Kebahagiaan Sejati

Karena thabi’iyyah (karakteristik)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dalam kitabnya Makaarimu Al-Akhlaq menyebut bahwa karakteristik/tabiat manusia alias nan sering kita sebut sebagai adab ialah keadaan batin sebagai tempat lahirnya beragam macam perbuatan (cerminan batin). Karakteristik ini dibagi menjadi dua macam, ialah karakteristik antaran dan karakteristik buatan. Berselisih dengan karakteristik antaran nan sudah melekat sebagai identitas seseorang, karakteristik buatan membutuhkan bisnis nan lebih, latihan nan banyak dan keseriusan tekad untuk mendapatkannya. Bersemangatlah untuk mempunyai adab nan mulia, karena tidaklah seseorang dikatakan beribadah dengan sempurna jikalau tidak mempunyai adab nan mulia.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berfirman,

أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم جلقا

“Orang mukmin nan paling sempurna imannya ialah nan paling baik akhlaknya” (HR. Abu Dawud no. 4682 dalam Kitabu As-Sunnah dan At-Tirmidzi no. 1162 dalam Kitabu Ar-Radha’)

Adab mulia dibagi menjadi dua ialah adab terhadap Allah dan adab terhadap kepada sesama makhluk. Adab mulia terhadap Allah menghimpun tiga perihal ialah; menerima segala nan berasal dari Allah dengan membenarkannya, menerima hukum-hukum Allah dengan langkah melaksanakannya serta menerima takdir dari Allah dengan penuh kesabaran dan keridaan. Sedangkan adab mulia terhadap sesama makhluk ialah bermuamalah dengan baik kepada mereka dan tidak membikin hati mereka merasa sempit dengan perbuatan maupun ucapan kita. Di antara poros muamalah terhadap sesama makhluk ialah; tidak menyakiti/tidak melakukan kejam, bermurah hati, dan senantiasa berparas manis. Semoga Allah memudahkan kita untuk meraih adab nan mulia ini. Aamiin.

Karena ‘amaliyyah (perbuatan alias bisnis)

Karena ‘amaliyyah (perbuatan/bisnis) ini ialah segala perihal nan tidak bertentangan dengan hukum nan membikin batin betah ketika melakukannya. Tentu saja kebajikan saleh/segala perbuatan baik masuk ke dalam bahasan ini. Kecuali itu tetap banyak lagi perbuatan baik nan seringkali tidak disangka-sangka termasuk fragmen dari kebajikan saleh nan mampu mendatangkan kebahagiaan apalagi berharga pahala di sisi Allah.

Contohnya: berbuat aktivitas positif nan disukai meskipun sederhana seperti kegemaran nan tidak bertentangan dengan hukum, seperti membaca, menulis, memasak, bersih-bersih, berolahraga, berkuda, memanah, dll. Kecuali mengisi waktu senggang dengan aktivitas nan berarti, kita juga mampu mengasah keterampilan dan mengurangi kejenuhan dari kegiatan harian nan padat. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berfirman:

من حسن إسلام المرء تركه مالا يعنيه

Di antara (tanda) amal Islam seseorang ialah (ia) meninggalkan hal-hal nan tidak berfaedah baginya.” (HR. Tirmidzi no. 2317 dan Ibnu Majah no. 3976. Dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani.)

Di antara perbuatan lain nan dapat mendatangkan kebahagiaan yakni berwisata, quality time berbareng family, beristirahat, berbuat refleksi (muhasabah) diri, dll. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menasihati sahabat Hanzhalah radhiyallahu ‘anhu nan merasa dirinya munafik lantaran disibukkan oleh urusan duniawi seperti istri dan anak-anaknya.

ولكن يا حنظلة ساعة وساعة

“Wahai Hanzhalah sesaat untuk bersembahyang dan sesaat untuk urusan global.” (HR.Muslim no. 2750)

Demikian, semoga berfaedah. Wallahu waliyyut taufiq.

Lihat juga: Bahagianya Menjadi Wanita nan Terjaga

***

Pewarta: Putri Idhaini

Tulisan Infomedia

 

Bacaan:

Al-Wasaail Al-Mufiidah Lilhayaati As-Sa’iidah, Syaikh Abddurrahman bin Nashir bin Abdullah As-Sa’di. https://www.noor-book.com/كتاب-الوسائل-المفيدة-للحياة-السعيدة-pdf

Makarimu Al-Adab (diterjemahkan dengan titel Rahasia Hidup Senang), SyaikhMuhammad Shalih Al-‘Utsaimin, cetakan Al-Qowam, Solo.

Masing-masing Mempunyai Haknya, Fauzan Hidayat, 2020,

Mencari Kebahagiaan Sejati, M. Saifudin Pengadil, 2024,



Comment