Cakrawala

Ambang Penyusuan nan Menyebabkan Mahram

5
×

Ambang Penyusuan nan Menyebabkan Mahram

Share this article
Ambang Penyusuan nan Menyebabkan Mahram


Fatwa Syekh Abu Abdillah Musthafa bin Al-‘Adawi

 

Pertanyaan:

Apakah penyusuan nan menyebabkan adanya hubungam mahram itu ada masa maksimalnya? Dalam definisi jikalau ada nan menyusui seorang anak setelah masa itu, maka tidak menyebabkan adanya korelasi mahram.

Balasan:

Jumhur (kebanyakan) ustadz beranggapan bahwa penyusuan nan menyebabkan adanya korelasi mahram ialah jikalau penyususan dilakukan ketika tetap mini sebelum mencapai usia dua tahun. Perihal ini berlandaskan firman Allah Ta’ala,

وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلاَدَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَن يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ

“Para mama hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yakni bagi nan mau menyempurnakan penyusuan.” (QS. Al-Baqarah: 233)

Juga berlandaskan sabda nan disebutkan oleh Pemimpin Bukhari dan Muslim, dari sabda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah masuk ke rumahnya, dan saat itu ada seorang cowok sedang duduk di sana. Perihal itu membikin beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sangat tidak betah dan beliau (‘Aisyah) memandang tanda-tanda berang di wajahnya.
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berbicara, “Wahai Rasulullah, ia ialah kerabat laki-lakiku lantaran penyusuan.” Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berfirman,

انْظُرْنَ إِخْوَتَكُنَّ مِنَ الرَّضَاعَةِ، فَإِنَّمَا الرَّضَاعَةُ مِنَ الْمَجَاعَةِ

“Perhatikanlah saudara-saudaramu dari penyusuan, lantaran sesungguhnya persusuan itu terjadi konsekuensi rasa lapar (ialah di masa bayi).” [1]

Juga berlandaskan sabda nan disebutkan oleh At-Tirmidzi dengan sanad nan sahih dari sabda Ummum Salamah radhiyallahu ‘anha. Beliau berbicara, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berfirman,

لَا يُحَرِّمُ مِنَ الرِّضَاعَةِ إِلَّا مَا فَتَقَ الأَمْعَاءَ فِي الثَّدْيِ، وَكَانَ قَبْلَ الفِطَامِ

“Tidak ada nan menyebabkan korelasi mahram melalui penyusuan selain (susuan) nan mempengaruhi perut (memberikan khasiat sebagai makanan) dari tetek, dan itu terjadi sebelum masa penyapihan.” [2]

Kecuali itu, terdapat histori nan sahih dari sejumlah sahabat nan memberitahu gagasan tersebut. Pemimpin Malik menyebut dalam Al-Muwatha’,

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ. فَقَالَ: إِنِّي كَانَتْ لِي وَلِيدَةٌ. وَكُنْتُ أَطَؤُهَا. فَعَمَدَتِ امْرَأَتِي إِلَيْهَا، فَأَرْضَعَتْهَا. فَدَخَلْتُ عَلَيْهَا. فَقَالَتْ: دُونَكَ. فَقَدْ، وَاللهِ، أَرْضَعْتُهَا. فَقَالَ عُمَرُ: أَوْجِعْهَا، وَأْتِ جَارِيَتَكَ. فَإِنَّمَا الرَّضَاعَةُ، رَضَاعَةُ الصِّغَرِ

“Seorang cowok hadir kepada Umar bin Khattab dan berbicara, “Saya mempunyai seorang budak wanita, dan saya biasa berasosiasi dengannya. Namun istriku pergi kepadanya dan menyusuinya. Ketika saya mendatangi budak itu, istriku berbicara, ‘Kini ia haram bagimu, demi Allah, saya telah menyusuinya.’ Umar pun berbicara, “Hukumlah istrimu, dan kembalilah kepada budak perempuanmu, lantaran sesungguhnya penyusuan itu cuma beraksi pada masa mini.”

Terdapat histori nan sahih dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma (dalam As-Sunan karya Sa’id bin Manshur), bahwa beliau berbicara,

لا رضاع إلا ما كان في الحولين

“Tidak ada penyusuan (nan menyebabkan korelasi mahram) selain nan terjadi dalam dua tahun pertama.”

Juga terdapat histori nan sahih dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berbicara,

لا رضاعة إلا لمن أرضع في الصغر ، ولا رضاعة لكبير

“Tidak ada penyusuan selain bagi nan disusui saat tetap mini, dan tidak ada penyusuan bagi orang dewasa.”

Terdapat pula histori nan sahih dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau berbicara,

إنما الرضاع ما أنبت اللحم والدم

“Sesungguhnya penyusuan (nan menyebabkan korelasi mahram) hanyalah penyusuan nan dapat menumbuhkan daging dan darah.”

Gagasan beliau ini disetujui oleh Abu Musa radhiyallahu ‘anhu.

Adapun sebagian ustadz -di antaranya ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha- beranggapan bahwa penyusuan semuanya itu menyebabkan korelasi mahram, baik saat masa mini ataupun ketika dewasa. Perihal ini berlandaskan sabda nan disebutkan oleh Pemimpin Muslim dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berbicara,

جَاءَتْ سَهْلَةُ بِنْتُ سُهَيْلٍ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنِّي أَرَى فِي وَجْهِ أَبِي حُذَيْفَةَ مِنْ دُخُولِ سَالِمٍ وَهُوَ حَلِيفُهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَرْضِعِيهِ ، قَالَتْ: وَكَيْفَ أُرْضِعُهُ؟ وَهُوَ رَجُلٌ كَبِيرٌ، فَتَبَسَّمَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ: قَدْ عَلِمْتُ أَنَّهُ رَجُلٌ كَبِيرٌ

“Sahlah binti Suhail hadir kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan berbicara, ‘Wahai Rasulullah, saya memandang ketidaknyamanan pada wajah Abu Hudzaifah mengenai masuknya Salim ke rumah kami, padahal dia ialah sekutunya.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun berfirman, ‘Susuilah ia.’ Sahlah bertanya, ‘Gimana saya menyusuinya, padahal ia ialah cowok dewasa?’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersenyum dan berfirman, ‘Saya tahu bahwa ia ialah cowok dewasa.’” [3]

Sebagian ustadz ini juga beralasan dengan arti formal dari firman Allah Ta’ala (tentang wanita-wanita nan haram dinikahi, pent.),

وَأُمَّهَاتُكُمُ اللَّاتِي أَرْضَعْنَكُمْ

“ … ibu-ibumu nan menyusui Anda …” (QS. An-Nisa’: 23)

Adapun jumhur (kebanyakan) ustadz menjawab tentang kisah Sahlah berbareng Salim bahwa perihal itu cuma spesifik mengenai dengan Sahlah dengan Salim, dan sebagian mereka menjelaskan bahwa hukumnya mansukh (dihapus). Sebagian ustadz nan lain berbicara bahwa kisah Sahlah dengan Salim itu cuma beraksi bagi nan mempunyai kondisi nan sama dengan Sahlah dan Salim.

Adapun gagasan jumhur ustadz dikuatkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

وَكَانَ قَبْلَ الفِطَامِ

“dan (penyusuan) itu terjadi sebelum masa penyapihan.” Wallahu Ta’ala a’lam. [4]

Lihat juga: Wujud Penyusuan nan Menyebabkan Mahram

***

@12 Rajab 1446/ 12 Januari 2025

Translator: M. Saifudin Pengadil

Tulisan Infomedia

 

Anotasi kaki:

[1] HR. Bukhari no. 2647, 5102 dan Muslim no. 1455.

[2] HR. Tirmidzi no. 1152, dinilai sahih oleh Al-Albani.

[3] HR. Muslim no. 1453.

[4] Diterjemahkan dari Ahkaamun Nikah waz Zifaf, perihal. 30-31.



Comment