Cakrawala

Dianjurkan Mengusap Tempat Keluar Darah Menstruasi dengan Kapas nan Dibaluri Kasturi

17
×

Dianjurkan Mengusap Tempat Keluar Darah Menstruasi dengan Kapas nan Dibaluri Kasturi

Share this article
Dianjurkan Mengusap Tempat Keluar Darah Menstruasi dengan Kapas nan Dibaluri Kasturi

Dianjurkan bagi perempuan nan telah suci dari menstruasi untuk mandi dan mengusap alias menelusuri jejak darah (kemaluan) dengan minyakwangi alias kasturi untuk mencegah aroma nan tidak sedap dari darah menstruasi. Perihal ini berlandaskan sabda dari Ummul Mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ امْرَأَةً سَأَلَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ غُسْلِهَا مِنْ الْمَحِيضِ فَأَمَرَهَا كَيْفَ تَغْتَسِلُ.

 قَالَ خُذِي فِرْصَةً مِنْ مَسْكٍ فَتَطَهَّرِي بِهَا

 قَالَتْ كَيْفَ أَتَطَهَّرُ ؟

قَالَ تَطَهَّرِي بِهَا 

قَالَتْ كَيْفَ ؟

قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ تَطَهَّرِي 

فَاجْتَبَذْتُهَا إِلَيَّ فَقُلْتُ تَتَبَّعِي بِهَا أَثَرَ الدَّمِ

“Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Seorang perempuan bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang langkah mandi dari menstruasi. Beliau lampau memerintahkan perempuan itu gimana langkah mandi.

Beliau berfirman, “Ambillah sepotong kapas nan diberi kasturi, lampau bersucilah dengannya.” 

Perempuan itu bertanya, “Gimana saya bersuci dengannya?”

Beliau menjawab, “Bersucilah dengan kapas itu!” 

Perempuan itu berbicara lagi, “Gimana (caranya saya bersuci)?”

Maka beliau berbicara, “Subhaanallah. Bersucilah!” 

Saya pun menarik perempuan itu kearahku, lampau saya katakan, “Usaplah jejak tempat keluarnya darah menstruasi dengan kapas tersebut.” (Muttafaqun ‘alaih)

Al-Hafiz Ibnu Hantam rahimahullah di dalam Fathul Bari berbicara,

قال النووي‏:‏ والمقصود باستعمال الطيب دفع الرائحة الكريهة على الصحيح‏‏

“An-Nawawi rahimahullah berbicara, “Tujuan mengusapkan minyakwangi dilakukan untuk menghilangkan bau nan tidak sedap (dari darah menstruasi).”

قال : والصواب أن ذلك مستحب لكل مغتسلة من حيض أو نفاس، ويكره تركه للقادرة، فإن لم تجد مسكا فطيبا, فإن لم تجد فمزيلا كالطين وإلا فالماء كاف

“An-Nawawi rahimahullah juga berbicara, ‘Perihal ini (dianjurkan) bagi setiap perempuan nan telah mandi dari menstruasi ataupun nifas, dan makruh ditinggalkan jikalau ia berkecukupan melakukannya. Jikalau ia tidak mempunyai kasturi, maka ia boleh menggunakan wewangian nan lainnya. Jikalau tidak ada, maka dengan sesuatu nan dapat menghilangkan (bau tidak sedap) seperti tanah; dan jikalau tidak ada, maka cukup dengan air.”

Terdapat keringanan untuk perempuan dalam masa ihdad (berkabung) untuk berbuat perihal ini.

فَعَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كُنَّا نُنْهَى أَنْ نُحِدَّ عَلَى مَيِّتٍ فَوْقَ ثَلَاثٍ إِلَّا عَلَى زَوْجٍ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا وَلَا نَكْتَحِلَ وَلَا نَتَطَيَّبَ وَلَا نَلْبَسَ ثَوْبًا مَصْبُوغًا إِلَّا ثَوْبَ عَصْبٍ وَقَدْ رُخِّصَ لَنَا عِنْدَ الطُّهْرِ إِذَا اغْتَسَلَتْ إِحْدَانَا مِنْ مَحِيضِهَا فِي نُبْذَةٍ مِنْ كُسْتِ أَظْفَارٍ 

“Dari Ummu ‘Athiyah radhiyallahu ‘anha, beliau berbicara, “Kami dulu dilarang berkabung atas mayat lebih dari tiga hari, selain atas suami, (yakni) selama empat bulan sepuluh hari. Selama masa itu, kami tidak bercelak, tidak memakai minyakwangi, dan tidak memakai busana nan dicelup selain busana lurik (dari negeri Yaman). Dan betapa telah diberikan keringanan (rukhshah) bagi kami ketika telah suci dan hendak mandi seusai menstruasi untuk menggunakan kusti adzfar (sebatang kayu harum).” (Muttafaqun ‘alaih)

Pada dasarnya, perempuan berkabung diharamkan berbuat beberapa perihal sebagaimana nan disebutkan pada sabda di atas. Namun, diberikan keringanan ketika suci dari menstruasi untuk mengoleskan pada tempat keluarnya darah menstruasi dengan kapas nan telah diberi minyakwangi. Perihal ini memberitahu sungguh ditekankannya perempuan nan telah mandi dari menstruasi untuk melakukannya meskipun sedang dalam masa berkabung.

Mengusap tempat keluarnya darah menstruasi ini dilakukan setelah mandi, berlandaskan sabda histori Muslim. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya oleh Asma’ binti Syakl radhiyallahu ‘anha mengenai dengan mandinya perempuan menstruasi, maka beliau menjawab,

تَأْخُذُ إِحْدَاكُنَّ مَاءَهَا وَسِدْرَتَهَا فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ دَلْكًا شَدِيدًا حَتَّى تَبْلُغَ شُؤُونَ رَأْسِهَا ثُمَّ تَصُبُّ عَلَيْهَا الْمَاءَ ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً مُمَسَّكَةً فَتَطَهَّرُ بِهَا 

“Hendaklah salah seorang dari kalian adopsi air dan flora bidara, lampau ia bersuci, lampau membaguskan bersucinya, kemudian menyiramkan air pada kepalanya, lampau memijat-mijatnya dengan keras hingga mencapai akar rambut kepalanya, kemudian menyiramkan air padanya, kemudian ia adopsi kapas bermisik, lampau bersuci dengannya.” (HR. Muslim no. 500)

Perempuan nan telah suci dari menstruasi alias nifas dianjurkan untuk mengusap kemaluannya dengan kapas alias kain nan diberi kasturi alias semisalnya nan dapat menghilangkan aroma darah meskipun dalam masa berkabung. Perihal ini makruh ditinggalkan jikalau ia berkecukupan melakukannya.

Lihat juga: Keunikan Minyakwangi Perempuan

***

Pewarta: Atma Beauty Muslimawati

Tulisan Infomedia

 

Bacaan:

Ahkamuz Zinah lin Nisa`, perihal. 31-32; Syaikh Amr Abdul Mun’im Salim, Maktabah As-Sawadi lit Tauzi’, cetakan pertama tahun 1416/ 1996.

islamweb.net (diakses pada hari Minggu, 15 September 2024, pukul 11.45 WITA)

ilmuislam.id (diakses pada hari Minggu, 15 September 2024, pukul 15.33 WITA)



Download Dianjurkan Mengusap Tempat Keluar Darah Menstruasi dengan Kapas nan Dibaluri Kasturi

Comment