Haji dan umrah ialah salah satu rukun Islam nan setiap muslim nan mukallaf wajib melaksanakannya sekali seumur hidup kalau sudah tercapai syarat wajibnya. Adapun syarat wajib haji ialah sebagai berikut.
Syarat Wajib Haji
Di dalam Matan Abu Syuja’ syarat wajibnya haji ada 7:
- Islam (الإسلام)
- Balig (البلوغ)
- Bernalar (العقل)
- Merdeka (الحرية)
- Mempunyai bekal dan kendaraan. (وجود الزاد والراحلة)
- Adanya rasa kondusif (تخلية الطريق)
- Mempunyai kesempatan (إمكان المسير)
Maka, salah satu di antara syarat wajib haji ialah balig. Seorang anak dikatakan balig kalau sudah mengalami hal-hal berikut:
- Berusia lima belas tahun, alias
- Tumbuhnya rambut di wilayah kemaluan
- Mengeluarkan mani, baik lantaran syahwat, pikiran, menyentuh, alias mimpi basah.
- Spesifik untuk wanita telah mengalami menstruasi
Kalau seorang anak belum mengalami perihal tersebut, maka dikatakan anak tersebut belum balig dan belum tercapai syarat wajib untuk melaksanakan haji ataupun umrah.
Maka, gimana kalau ada orang tua nan membujuk anaknya umrah alias haji? Apakah sah umrah alias hajinya?
Lihat juga: Haji Dan Umrah Mengajarkan Zuhud Terhadap Bumi
Kaidah Haji alias Umrah untuk Anak Mini
Haji alias umrahnya anak nan tetap mini belum bisa mencukupinya (belum menggugurkan tanggungjawab) sampai dia balig, bakal tetapi haji alias umrah nan dia laksanakan sah dan terhitung sunah, dia diberikan pahala atas perihal itu. Pahala tersebut untuk anak dan juga wali nan menemaninya. Diceritakan oleh At-Tirmidzi, dari Ibnu Abi Syaibah,
يقول السائب بن يزيد : “حج بي مع النبي ﷺ وأنا ابن سبع سنين
ويقول ﷺ: أيما صبي حج، ثم بلغ الحنث يعني: الحلم فعليه أن يحج حجةً أخرى، وأيما عبد حج، ثم أعتق؛ فعليه أن يحج حجةً أخرى فحج المملوك نافلة، وحج الصبي نافلة، فإذا بلغ الحلم، واستطاع الحج؛ وجب عليه حج الفريضة، وهكذا العبد إذا أعتق، واستطاع الحج؛ وجب عليه حج الفريضة
As-Saib bin Yazid berbicara, “Saya haji ditemani Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika berusia tujuh tahun.” Dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, “Anak mana saja nan berhaji, kemudian dia mencapai balig (maksudnya mimpi basah), maka dia wajib haji lagi. Budak manapun nan berhaji, kemudian dia merdeka, maka dia wajib haji lagi. Hajinya budak ialah sunah. Hajinya anak mini ialah sunah. Ketika dia sudah balig, dan bisa berhaji, maka wajib baginya melaksanakan haji wajibnya. Begitu juga seorang budak, kalau merdeka dan bisa berhaji, maka wajib baginya melaksanakan haji wajibnya.” (Sabda ini disahihkan oleh beberapa ustadz di antaranya Al-Hafizh bin Hantam dalam At-Takhlish, dan Al-Albani dalam Al-Arwa’)
Dan diriwayatkan oleh Muslim, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma,
أن النبي صلى الله عليه وسلم: لقي ركباً بالروحاء، فقال: من القوم؟ فقالوا: من أنت؟ فقال: رسول الله، فرفعت إليه امرأة صبياً فقالت: ألهذا حج؟ قال: نعم ولك أجر
Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, berjumpa suatu rombongan di Ar-Rauha’, kemudian beliau mengatakan, “Rombongan apa ini?”, mereka kembali bertanya, “Siapa Engkau?” Nabi menjawab, “Rasulullah.” Kemudian seorang wanita mengangkat seorang anak mini, kemudian bertanya, “Apakah (anak ini) bisa berhaji?” Nabi menjawab, “Ya, dan untukmu pun pahala.”
Sabda ini merupakan dalil sahnya haji anak mini, dan perihal ini dinukil lebih dari satu ustadz, bakal tetapi, haji ini tidak mencukupinya sebagai haji wajib.
Maka dari itu, kalau seorang anak mini mencapai balig sebelum ihram, maka dia berihram dengan niat melaksanakan haji Islam (haji wajib) dan melaksanakan rukun-rukunnya. Tidak ada perselisihan di antara para ustadz bakal perihal ini.
Adapun kalau dia tiba-tiba mencapai balig setelah berpakaian ihram sebelum tiba waktu untuk wukuf di Arafah, maka ustadz berbeda pendapat tentang hajinya, apakah haji wajib alias haji sunah. Dan pendapat nan sahih ialah hajinya teranggap haji wajib kalau dia mencapai balig di Arafah alias sebelum dan setelah keluar darinya dan tetap di waktunya. Adapun pendapat nan mengharuskan anak tersebut kembali ke Arafah dan wukuf di waktunya, maka ini ialah pendapat ajaran Syafi’iyyah dan Hanabilah. Sesuaidengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
الحج عرفة، فمن جاء قبل طلوع الفجر من ليلة جمع فقد تم حجه
“Haji ialah Arafah, peralatan siapa nan datang sebelum terbitnya fajar dari malamnya, maka selesai hajinya.” (H.R Ahmad)
Adapun kalau anak tersebut mencapai balig ketika sudah selesai waktu wukuf di Arafah, maka hajinya tidak teranggap sebagai haji wajib, dan perihal ini tidak ada perselisihan di antara ustadz.
Konklusi
Haji alias umrahnya anak mini nan belum balig ialah sah dan diganjar pahala sebagai haji sunah, bakal tetapi kewajibannya untuk haji ataupun umrah tidaklah gugur. Ketika balig dia tetap kudu melaksanakan haji alias umrah wajibnya ketika bisa.
Allahu a’lam
Lihat juga: Tips Mengatasi Resiko Menstruasi Saat Haji/Umrah
—
Penulis: Triani Pradinaputri
Tulisan Infomedia
Referensi:
- Haitu, Syafaa Muhammad Hasan, Imta’ul Asma fii Syarhi Matan Abi Syuja’,Darul Mustofa.
- https://binbaz.org.sa/fatwas/14972/ما–حكم–حج–الصبي. Diakses 9 Mei 2024
- https://www.islamweb.net/ar/fatwa/28354/صورة–مفصلة–عن–حج–الصبي. Diakses 9 Mei 2024
Comment